[ad_1]

POSMETRO MEDAN – Gubernur Sumatera Utara Periode 2018-2023 Edy Rahmayadi kembali menjadi sorotan publik akhir akhir ini terkait gaya kepemimpinannya yang dikenal emosional dan temperamental.

Hal tersebut menjadi sebuah percikan ingatan masyarakat atas kiprahnya selama menduduki jabatan publik. Hal ini ketika dirinya menanggapi ungkaoan Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara, Surya yang menjadi lawanya dalam kontestasi Pilgugsu, 27 November 2024 mendatang.

Edy mengatakan, Surya sudah mulai berani. Hal tersebut disampaikan Edy saat acara cabut nomor urut pasangan calon gubernur Sumut yang dilaksanakan KPU Sumut beberapa waktu lalu. Ungkapan emosional bukan sekali dua kali dilontarkan Edy Rahmayadi. Saat menjadi Gubernur Sumut aktif pun dirinya kerap melontarkan ungkapan emosional terhadap kritik yang diarahkan kepada dirinya maupun kinerjanya. Hal tersebutpun mengundang kontroversi.

Ketua Umum Badko HMI Sumut, Yusril Mahendra Butar-butar mengatakan, dalam perjalanan karirnya sepanjang menjabat di lembaga publik lumayan nyentrik. Program kerjanya terhadap masyarakat juga tidak semua ter-akses dengan baik. Sehingga terkesan aneh.

“Bagi kami kalangan anak muda, kami menganggap Pak Edy ini tidak bisa menjadi panutan jika terus melakukan tindakan yang terkesan arogan. Bisa kita lihat dan verifikasi bersama sepak terjang beliau, bermulai pada saat memarahi para demonstran 2015 lalu, hingga memarahi dan menjewer seorang pelatih biliar PON Sumut di hadapan publik, dan yang terbaru itu ketika ia mengucapkan sudah mulai berani Pak Surya, ya saat acara resmi KPU Sumut lalu,” ungkap Yusril.

Menurutnya, seharusnya hal tersebut tidak diucapkan. Sebab, dapat memicu ketegangan, baik di dalam kontestasi pilgub dan juga di pemerintahan.
Baginya seorang gubernur itukan pemimpin dan seorang pemimpin itu harus menjadi teladan bagi masyarakatnya

“Sifat -sifat seorang pemimpin harus mampu mengontrol emosi dan menjadikannya sebagai artikulasi komunikasi yang baik kepada publik dan lawan bicaranya. Seingga terciptanya sebuah kebijakan yang berpijak terhadap kebenaran objektif, berpihak kepada masyarakat luas dan bergerak berdasarkan kepentingan ummat,” ungkapnya.

“Badko HMI Sumut sendiri melihat sosok Edy tak memiliki itu, Yang ada sebaliknya, selama beliau menjabat pola komunikasinya sangat buruk. Menyebabkan disharmonisasi dalam Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara selama beliau menjabat,” tambahnya.

Selain itu, beberapa proyek infrastruktur yang diinisiasi selama masa jabatannya mengalami kendala. Hal ini disebabkan gaya kepemimpinan yang kurang fleksibel.

“Kritik terhadap gaya kepemimpinan Pak Edy Rahmayadi tidak hanya datang dari dalam pemerintahan, tetapi juga dari berbagai elemen masyarakat. Banyak yang berharap agar Gubernur Sumatera Utara dapat lebih mengedepankan dialog dan kolaborasi dalam menjalankan tugasnya, demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara,” pungkasnya. (red)


[ad_2]

Source link